Ini bukan kali pertamanya aku kembali jatuh hati
kepadamu Ali, ini adalah yang beribu kali. Aku mengenalmu telah lama, mungkin
saat aku membuka mata di dunia ini aku telah melihatmu, mengenalmu, dan jatuh
hati padamu. Ya jika memang itu mengungkapkan dan mewakili bahwa aku mengenalmu
dan jatuh hati kepadamu sejak lama. Aku telah mendengar kisahmu yang seperti
pahlawan besar. Menolong Ayah saat ayah dikejar oleh orang-orang yang berniat
jahat dan tak menyukainya. Kau menolong Ayah, menyelamatkan hidup Ayah, padahal
waktu itu kau masih sangat belia. Kisahmu itu seperti pahlawan di mataku Ali,
dan sejak saat itu aku mulai mengagumimu. Kau pahlawanku.
Kau laki-laki
pekerja keras, semua orang tau itu. Dibalik senyummu yang ramah, tawamu yang
riang, dan semua tindak-tandukmu yang lembut bak seorang penyayang ulung.
Kau adalah lelaki tegas dalam mengambil keputusan yang pernah kutau.
Walau kadang aku mengetahui sedikit sisi kekanak-kanakanmu yang tak bisa
kutolerir, sebab benar-benar terlalu dan sudah kurang pantas untuk usiamu yang
memasuki fase dewasa. Seperti bercanda dengan berlebihan bersama sahabatmu,
bahkan sampai bernegosiasi dengan teman yang lain, untuk bertukar piring dengan
makanan yang lebih banyak porsinya dari piringmu. Haha, itu lucu dan kekanak-kanakan
bukan? Aku tak tau kau hanya bercanda atau itu memang benar adanya. Tapi itu
tak enak untuk di pandang Ali. Kau sudah besar, dewasa, dan berwibawa adalah
pilihan yang tepat untukmu saat ini. Aku tidak menghakimimu, aku hanya
mengungkapkan saja apa yang selama ini mengganjal di hatiku. Kau adalah Ali
yang indah, jika ditambah dengan sikap yang berwibawa. Aku tak berdusta.
Tentu aku tau Ali,
saat beribu perempuan mengagumimu. Aku tidak buta, dan aku sadar kau memang
sosok yang pantas untuk dikagumi. Aku tidak pernah cemburu akan hal ini,
mungkin. Bahkan aku akan menjadi pendukungmu jika memang ada salah satu
perempuan dari ribuan yang mengagumimu, yang memang telah Allah jodohkan
denganmu. Ya, walau aku tak tau bagaimana rupaku saat datang di pernikahan
syahdumu kelak.
Oh ya, mengenai
kata cemburu, aku tak memiliki hak apapun untuk sedikit merasakan kata cemburu
itu bukan? Sebab aku memang hanya seorang Fatimah yang mengheningkan cinta
untukmu. Mungkin memang wajar saat cemburu itu datang, sebab rasa ini telah ada
sejak dahulu, namun kembali lagi kepada hakikat semula dalam mencintai.
Sebermula aku jatuh hati kepadamu sebab Allah yang memberikannya di hatiku,
maka jika memang Allah tak menghendaki rasa ini membersamai hidupku. Aku mafhum.
Ali, aku menutupi
rasaku padamu, hingga aku berharap setanpun tak mengetahuinya. Bukankah cinta
ini fitrah, anugrah terindah dari Allah yang harus ku jaga? Maka sejak awal aku
menyadari rasa ini padamu, sejak aku masih kecil, aku akan menjaganya, hingga
bila memang Allah menjodohkanku dengan lelaki lain sebaik engkau Ali, maka rasa
yang telah lama aku heningkan ini dapat kuhapus hingga..., ya, hingga setanpun
tak tau. Namun jika memang Allah menuliskan jodohku di Lauhul mahfudz itu
adalah namamu, syukur tak terperi aku panjatkan selalu pada sang maha pemilik
hati dalam setiap cinta. Syukurku pada Rabbul izzati pemilik setiap rasa di
dalam hati.
Yang kutau Ali,
saat ini, saat aku menjaga hatiku dari rasaku padamu. Rasa itu tumbuh
berkali-kali. Sepertinya musim semi ini, selalu datang lebih lama daripada
musim gugur. Bunga-bunga itu tumbuh, dan harumnya semerbak memenuhi ruang-ruang
kosong dalam hatiku.
Engkau lelaki baik,
solih, dan riang yang pernah ku kenal, semoga engkau pernah mendengar ini ya.
Aku yakin jika jodoh kita yang telah Allah tuliskan di Lauhul Mahfudz tak akan
tertukar. Kelak kita pasti akan bertemu dengan jodoh kita. Ada dua jalan untuk
bertemu. Jalan akhsan dan jalan yang Allah tak menyukainya. Jika kita memilih
jalan akhsan sebagai seorang hamba yang ingin disayang Tuhan, maka jodoh
kitapun seperti pantulan cermin yang berada di depan kita. Ia juga akan memilih
jalan akhsan untuk melepas rindunya dalam ikatan suci pernikahan dengan kita.
Namun sebaliknya juga dengan pilihan memilih jalan yang Allah tak menyukainya.
Kitapun akan dipertemukan dengan jodoh kita dengan cara yang sama saat kita
mencarinya.
Kita pasti akan
bertemu dengan jodoh kita. Tinggal kita memilih jalan mana yang akan kelak kita
lalui. Engkau Ali, aku jatuh hati padamu sedari dulu. Namun sebelum itu aku
telah mencintai Allah lebih dari apapun. Aku percaya, bahwa apa yang Allah
rencanakan untukku adalah yang terbaik. Aku Fatimah, memang jatuh hati padamu,
berkali-kali, namun izinkan aku untuk selalu mengheningkannya. Hingga kelak, biarlah
Allah yang menyampaikannya kepada hati yang tepat. Entah engkau, entah siapa.
The most
inspiration of the silence love.
Fatimah
Azzahra & Ali bin Abi Tholib.
0 komentar:
Posting Komentar