Sabtu, 17 Januari 2015

Resep Olahan Tahu

  1. Assalamu'alaikum ... Bingung mau masak tahu di kulkas mau dibuat apa, atau bosen dengan olahan tahu yang itu-itu aja kalo gak di goreng, disambel atau jg hanya disantan. Yang mau coba resep dibawah ini , Monggo silahkan ^_^    Resep Pepes Tahu                                                                                                         
    Bahan-bahan
    Bahan:
    • 1 buah tahu besar, haluskan
    • 2 lembar daun salam
    • 2 batang serai, iris
    • 3 lembar daun jeruk, iris
    • 16 buah cabai rawit hijau
    • 50 ml santan kental
    • 1 butir telur
    Bumbu yang dihaluskan:
    • 5 buah cabai merah besar
    • 5 butir bawang merah
    • 3 siung bawang putih
    • 2 sdt garam
    • ½ sdt merica bubuk
    • 1 sdt gula pasir
    Pelengkap:
    • Daun pisang secukupnya, untuk membungkus. Lidi secukupnya untuk menyemat.
    Cara membuat
    1. Campur tahu putih yang telah dihaluskan dengan bumbu yang telah dihaluskan, aduk rata.
    2. Masukan santan, telur, dan irisan daun jeruk, aduk rata, bagi adonan menjadi 4 bagian.
    3. Ambil 2 lembar daun pisang, taruh satu lembar daun salam dan tata satu bagian adonan, beri batang serai dan cabai rawit hijau, bungkus bentuk lontong, dan semat dengan lidi.
    4. Kukus selama 30 menit hingga matang angkat, kemudian bakar di atas bara api hingga daun kering..
    5. Sajikan hangat.

    Jika anda sedang melakukan diet ketat dan tidak ingin mencampurkan telur dalam adonannya juga tidak apa-apa kok. Rasanya akan tetap lezat, karena sudah ada campuran bumbu lain yang membuatnya terasa gurih.  2. RESEP PERKEDEL TAHU
    Bahan :
  2. 300 gram tahu putih, haluskan
  3. 1 butir telur
  4. ½ sdt bawang putih, haluskan
  5. ½ sdm tepung terigu
  6. ½ sdt lada bubuk
  7. 1 sdm daun bawang yang diiris tipis
  8. 1 sdt garam
  9. minyak untuk menggoreng
CARA MEMBUAT PERKEDEL TAHU :
  1. Campur semua bahan lalu bentuk adonan bulat-bulat atau sesuai selera.
  2. Goreng dalam minyak panas hingga kuning kecoklatan dengan api sedang.
  3. Variasi resep lainnya, dapat dilihat dalam resep perkedel tahu jamur.                                        

Kamis, 15 Januari 2015

Cara Mudah Belajar Tajwid

Assalamu'alaikum...Sahabat blogger dan pembaca yg budiman disini saya akan berbagi tentang cara cepat menguasai tajwid tetapi saya tidak menjelaskan seluruh hukum tajwid yang ada, saya hanya berbagi tentang cara menghapal hukum bacaan nun sukun atau tanwin dan mim mati, dulu ketika saya belajar tajwid agak sulit menghapal atau mengingat huruf huruf hukum bacaan izhar, idgam, ikhfa dsb. ada teman saya seorang qoriah dia ngasih tau saya supaya cepat menghapal hukum hukum bacaan, hukum bacaan tersebut dalam bentuk tabel seperti berikut ini :


BACAAN NUN SUKUN DAN TANWIN

Bila nun sukun atau tanwin bertemu
huruf berikut
Hukum bacaan
Cara membaca nun sukun atau tanwin
ا ع غ ح خ ھ
1.    IZH-HAR
Bunyi N nya tetap dibaca jelas/terang
م و ن ي
2.    IDGHAM
BI-GHUNNAH
Bunyi N nya masuk dengan dengung mengikuti bunyi huruf yang ditemui berikutnya
ل ر  
3.    IDGHAM
BILA GHUNNAH
Bunyi N nya masuk dengan tak dengung mengikuti huruf yang ditemui berikutnya
ب
4.    IQLAB
Bunyi N nya berubah menjadi M
ت ث ج د ذ
ز س ش ص ض
ط ظ ف ق ك
5.    IKHFA
Bnuyi N nya dibaca samar-samar seakan menyatu dengan huruf yang ditemui berikutnya
BACAAN MIM SUKUN

Bila bertemu
huruf berikut
Hukum bacaan
Cara membaca
mim sukun
ب
1.      IKHFA SYAFAWI
Dibaca dengung
م
2.      IDGHAM MIMI/MITSLAIN
Dibaca dengung
Selain م   dan ب
3.      IZH-HAR SYAFAWI
Dibaca jelas/terang

untuk lebih mudahnya lagi lihat atau baca tabel ini dulu sebelum membaca al quran
ini merupakan cara untuk menghapal huruf hurufnya saja, bagaimana cara pengucapan yg benar dan hukum yang lainnya seperti panjang pendek, waqaf dll bisa belajar dengan ustadz langsung atau dengar video belajar tajwid. demikian semoga artikel ini bermanfaat

Contoh Design Jaket Organisasi

Gambar berikut adalah contoh desain jaket untuk aktivis kampus (jaket organisasi)
jaket bisa didesain dengan menggunakan aplikasi corel draw, untuk tampilan desain yang lebih menarik gunakan juga aplikasi photoshop. desain jaket diatas dibuat oleh sekretaris saya ketika masih aktif di organisasi kampus. semoga bermanfaat bagi pembaca semua, bagi yang mau bikin jaket organisasi bisa jadikan gambar diatas sebagi contoh dan bisa dikembangkan dg lebih kreatif lagi.

Selasa, 20 Agustus 2013

Menapaki Langkah, Meraih Mimpi

Cerpen | Oleh: Nur insani As Shabir - 20/08/13 | 11:30 | 13 Shawwal 1434 H


dakwatuna.com - Pagi yang indah dengan sinar matahari yang semakin cerah, hiruk pikuk mahasiswa SGI mulai melakukan aktifitasnya, di sebuah ruang sederhana di kamarku kupanjatkan doa kepada sang pengasih seluruh makhluk.
“Robb jika ini yang terbaik untukku maka sabarkanlah aku dalam manghadapai cobaan-Mu ini ya Robb” serasa lembut kurasakan aliran kasih sayang yang di turunkan Tuhan kepadaku,kurasakan kerinduan yang amat sangat kepada pemilik hari ini,tak tarasa beningan-beningan hangat segera saja membasahi pelupuk mataku,”Robb,Ampuni aku ya Robb”jeritku,
Kuselesaikan doa-doaku dan kudapati buku yang sangat kecil,segera saja saya  membuka lantas membaca buku tersebut,sebuah buku bertuliskan Al-ma’surat ,untuk menuntunku dalam membaca dzikir pagi dan sore hari,
“assalamu’alaikum” suara Mba Uchy yang baru saja masuk kedalam kamarku memecahkan konsentrasiku.
“wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarakatuh” jawabku dengan sedikit tersentak.
“abis duha?” tanyanya dengan senyum sumringah
“iya” jawabku dengan simple.
“abis dzikir ketemu didepan ya” ucapnya sambil pergi meninggalkan tempatnya .
“iya..iya…nanti aku menyusul Mba” yakinku pada mba Uchy,
Kembali kulanjutkan lantunan-lantunan dzikirku, bayangan-bayangan aneh yang sedari tadi menghantuiku seketika hilang lebur dalam dzikirku kepada sang khalik.
***
            Ruangan yang sangat kecil yang ada di vaviliun asrama kami memang sangat sederhana namun ada banyak cerita yang mengalir di sana,dari cerita lucu ,sampai dengan cerita yang sedih.
ketika sore hari,mahasiswa sgi yang biasa baru pulang dari kampus melepaskan lelah diruangan ini sambil bercengkrama dengan mahasiswa yang lain,
“duduk  sini!” ajak Mba Uchy padaku
“syukron” jawabku dengan senyum.
Kupandangi wajah Mba Uchy yang sedari tadi menatapku tajam.
“ada apa Mba?” tanyaku memulai percakapan
Dengan nada yang sangat santun Mba Uchy menjawab pertanyaanku,
”Gimana keadaanmu? Sudah baikan atau lagi homesick yah?”
Alhamdulillah Mba aku sudah agak baikan, Namun terkadang masih sering mual pula. Mungkin entar siang aku akan ke RST untuk checkup, Mba mau temani aku kan?Tanyaku lagi.
“Iya entar aku temani kamu kok, yah udah mau istirahat dulu atau dah mau masuk kuliah hari ini?” Sambung Mba Uchy.
”Aku masuk ko”. Jawabku
Kami pun bersegera untuk bersiap-siap menuju kampus SGI.
***
Siang itu Kami berdua melangkahkan kaki untuk menuju ke RST yang berada tepat diseberang jalan depan asrama kami, siang itu saya bermaksud melakukan checkup karena sudah beberapa hari ini kesehatanku sedang terganggu. Mual juga muntah. Setelah akhirnya menunggu lama antrian ditemani Mba Uchy saya pun menuju ruang pemeriksaan, ternyata maagku kumat lagi. Setelah menebus resep dari dokter kami pun bergegas pulang kembali keasrama. Terlihat Mba Uchy sedang sibuk membuatkan bubur untukku.
Yah sudah kamu makan bubur ini saja yah, katanya sambil menyodorkan semangkuk bubur yang telah dibuatkannya untukku itu. Aku kekelas dulu, lanjutnya lagi.
Iya Mba, Terima kasih banyak yah.Maaf Sani sudah merepotkan. Jawabku.
Sudah, sudah kamu istirahat saja dulu, Mba kebawah yah, Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pamit Mba uchy.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Jawabku membalas salam Mba Uchy..
am hasibtum an tadkhulul jannah walamma ya’tikum matsalu lladzina min kolibum,massathumul ba’saau wa ddarrau wa zul zilu hatta ya kula rrasulu walladzina aamanu ma ahu mataa nasrullahi , alla nasraLlahi korib“ (apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga sedang belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka di timpa oleh mala petaka dan kesengsaraan, serta di goncangkan (dengan macam-macam cobaan) sehingga berkatalah rosul dan orang-orang beriman bersamanya,“bilakah datangnya pertolongan Allah? ingatlah,Sesungguhnya pertolongan Allah amat dekat,)
Alqur-an surah Al Baqarah ayat 214 menjadi ayat terakhir dalam bacaanku sore itu, ayat yang merupakan salah satu kekuatanku untuk menjalani hidup ini, dalam Ayat ini di nyatakan bahwa sesungghnya tidak Akan masuk surga jika belum diuji coba oleh Allah , jika terkadang saya lalai dan memeberontak mengapa saya harus di takdirkan hidup seperti ini,  ayat ini mengingatkanku kembali betapa  pertolongan Allah itu amatlah dekat,,
***
Di ruangan yang yang amat sederhana itu  seperti biasa, terlihat seorang Wanita yang masih terhanyut dalam lamunannya, hingga seakan dunia adalah bayang –bayang yang tak punya tujuan lebur dalam lamunanya tiap kali dia duduk di sofa Vaviliun sederhana itu, hingga aku menghampirinya. Namanya Mba Sari. Dia adalah satu-satunya penghuni asrama yang sangat betah berlama-lama duduk, bahkan sekedar berkontemplasi didepan laptopnya, yang entah apa yang sedang ia kerjakan.
***
Malam ini adalah malam yang sangat menyedihkan untuk kami karena beberapa orang dari vaviliun kami akan pindah kevaviliun sebelah yaitu Mba Farida, Mba Pur, Mba ELhy. Kamipun berencana untuk makan bersama dan saling bertukaran kado serta masing-masing menulis surat cinta,,malam pun berlalu saya mendapatkan hadiah dan surat cinta perpisahan itu dari Mba Farida..!!!
Bismillahirahmanirahim
Assalamu alaikum wr. Wb
Sahabat, untaian kata tidaklah penting. Diriku tidak pandai beretorika, diriku tidak bisa menyampaikan isi hati secara langsung tapi, aku ingin mengatakan perasaan cintaku pada kalian semua ( ukhibukifillah ya ukthi/aku amencintaimu karena Allah wahai saudaraku), aku rindu akan kebersamaan dengan kalian, kelucuan kalian, kebisingan kalian yang semua dari kalianyang tampil dengan sosok –sosok yang apa adanya tidak palsu, tidak dibuat-buat. Maafkan kesalahan diri ini yang pernah berbuat salah baik disadari maupun tidak disadari karena diri ini hanyalah manusia biasa seutuhnya penuh dengan perbuatan yang salah. Sedih rasanya harus berpisah dengan kalian tapi inilah takdir Allah yang mempertemukan dan memisahkan kita. Mungkin ada yang merasa ini lebay, sotoi, dan sejenisnya. Tapi jujur dari hati yang terdalam aku ingin mengungkapkannya.
To:
  1. 1.      Sunny: Teruslah berjuang menjadi muslimah teladan yang bisa menjadi panutan bagi yang lain, teruslah belajar dari siapapun. Do’akan dan selalu mendo’akan agar kita  selalu istiqomah. Amin
  2. 2.      Sari: Gue Suka gaya Loe. Teruslah begitu Sar dengan muka narsis dan sombong tapi hati tetap lembut yah.
  3. 3.      M’ Darni: Ayo M’ reformasimu sudah berjalan baik, lanjutkan agar lebih baik lagi yah, dan tetaplah optimis apapun yang terjadi jangan cepat putus asa.
  4. 4.      M’ Yusi: Tidurnya dikurangi ya M’ , Gak baik buat kesehatan loh .. dan Kita akan banyak tertinggal jauh jika pagi hari kita sia-siakan dengan tidur.
  5. 5.      M’ Pur: Tetap Cool dan sumringah yah. Kita adalah Saudara yang dapat dan harus saling mengingatkan.
  6. 6.      M’ Ely: Keceriaanmu setiap pagi yang menyuarakan semangat pagi membuatku semakin semangat.Yoo Tetap semangat dan saling mengingatkan.
  7. 7.      M’ Nova: Daya analis dan kritismu M’ membuat menambah ilmu yang belum pernah kudapat.

Ukhuwah itu seutuhnya tentang rindu
yang membuat selalu tak sabar untuk bertemu
Membuat terasa rugi jika tak tebagi
Adalah tentang hati- hati yang terikat,
Tentang do’a-do’a yang saling bertaut
Ia terasa rumit untuk diungkap,
namun nyata dalam kata sederhana
Ia begitu dalam untuk diselami,
Karena ia adalah iman yang berupa makna

I LOVE YOU ALL FRIEND
FARIDA
Memilukan dan menyayat hati ketika harus membaca surat itu, Beningan –beningan air mata mulai jatuh membasahi pipiku.
Hening sejenak hanya tangisan yang terdengar lirih, menandakan betapa kesedihan telah menggerogoti hati kami maing-masing, hingga dadanya terdengar sangat sesak.
***
Sayup-sayup kurasakan desiran  angin seakan meraba persendiaanku, tetesan air wudhu baru saja mengalir dari wajahku, ‘’Ya robb sungguh nikmat anugerah yang engkau berikan”,pikirku dalam hati,
Magrib itu sepulang kuliah , seperti biasa saya menyempatkan diri untuk sholat berjamaah dimesjid, mesjid yang tergolong sangat sederhana namun jam’ah yang lumayan padat menambah semangatku untuk senantiasa selalu sholat berjama’ah di tempat ini.
Kumandang iqomat terdengar dari dalam masjid, segera saja kulangkahkan kaki menuju kedalam mesjid, Shaf terakhir menjadi pilhanku, dan seorang Wanita paruh baya berada di samping kiriku sembari melempar senyum kepadaku ,
Selesai sholat seperti biasanya disertai dengan dzikir lantunan doa kupanjatkan pada sang Khalik , Wanita Paruh baya yang sedari tadi berada di dekatku memulai untuk sedikit berbincang denganku. Sekedar bertanya kabar dan keadaan teman-teman kami yang lain diasrama.
Ibu Mena terus saja menatapku hingga kuputuskan untuk pamit pulang terlebih dahulu., tidak ada yang special dari pertemuan dan perkenalan singkat saya dengan Ibu Mena, namun mambuatku sangat rindu dengan kedua orang tuaku di kampung, tatapannya yang khas seakan memberikan perasaan aneh dalam batinku,,
kembali kutapaki  jalan –jalan menuju asrama,
“Robb aku rindu kebersamaan itu ya Robb,,jeritku dalam hati seiring langkahku yang terus kupacu.
Tak terasa langkahku terhenti pada tempat yang tiap hari menjadi tempat kepulanganku, tentu saja asramaku yang damai dengan penghuni yang ramah.
Entah kenapa rasanya malam ini makanan seakan tidak bersahabat denganku, sejak siang  tadi pun belum ada makanan yang sempat masuk dalam perutku , rasanya ingin berbaring saja namun kusegerakan untuk mandi untuk menyegarkan pikiranku kembali.
Sedari tadi Bayang –bayang ayah dan ibu di kampung terus saja menyelimuti pikiranku,
Dalam baringku, wajah mereka terus saja manghantuiku, partanda betapa rindunya saya pada mereka ,
“Astagfirullah” jeritku dalam heningnya malam.
malam itu aku menghabiskan waktuku untuk bersimpuh di hadapan sang khalik agar perjalananku ditempat ini dapat di mudahkan , lantunan doa-doa haru kian mengiris hatiku ini.
”Ya Allah ya Tuhanku, Ya Rohman Ya Rohim ,berikanlah kasih sayang kepada kedua orang tua hamba “tangisku pecah perasaan lebur dalam doaku.
Sehabis sholat lail,Istirahat menjadi pilihanku, berharap esok Allah akan tetap memberikan kekuatan untuk bisa melaksanakan aktifitas seperti biasa.
***
Alhamdulillah betapa besar kenikmatan yang telah terkecap, maka laiknya kita untuk selalu menggumamkan syukur yang tak terhingga, sehingga semoga rasa syukur ini bisa menjadi aset bagi kita untuk terus meningkatkan kedekatan kita dengan Allah, Habiballah, Muhammad, dan islam, Amin
Tak sangguplah  seorang hamba seperti saya dapat mnghitung anugrah yang di limpahkan Allah kepada hambanya, salah satunya umur dan kesehatan , anugrah yang sangat wajib di syukuri, bukan hanya itu nikmat  persaudaraan yang saya dapatkan di asrama ini merupakan  salah satu anugrah terindah dalam hidupku, canda tawa ,haru dan segala rasa berbaur menjadi satu, dalam dekapan ukhuwah islamiyah, sebuah jalinan persaudaraan yang tumbuh karena iman yang kuat kepada Allah, boleh dikatakan, inilah bentuk hubungan sesama manusia yang paling hakiki. Satu hal yang paling penting ukhuwah tidak akan tumbuh jika belum ada khusnuzan dan berlapang dada kepada saudaranya. Senangtiasa berpikir positif akan menadi bekal minimal untuk mewujudkan sebuah ikatan hati. Oleh karena itu, khusnuzan adalah ikatan yang paling rendah yang mendasari ukhuwah islamiyah. Ditambah dengan kesabaran dan keyakinan kuat akan pertolongan Allah, pasti ukhuwah yang indah itu akan kita temukan. Maka jadilah orang yang sabar, karena Allah menyertai orang-orang yang sabar, dan yakinlah akan pertolongan Allah, karena hanya Allahlah yang bisa memberikan pertolongan itu kepada kita semua, maka yakinlah dengan persaudaraan yang akan terjalin, karena ukhuwah akan terukir di sana.
Yah ditempat inilah aku belajar mengeja alif-ba-ta, Meniti maksud setiap Wahyu-Nya, Kutata Alif-ba-ta Dalam indah taman hatiku, kusiram alif- ba-ta dengan cintaku, hanya satu harapan, Kau tetap mecintaiku Rabb.. (Biarkan aku jadi milik-Mu), Karena aku yakin Allah akan membimbing hambanya yang mengharapkan petunjuk dan cinta-Nya. Allah akan memberikan jalan untuk hambanya yang mau belajar mencintai-Nya.
***
            Seperti biasa subuh itu seisi asrama mulai menjalankan rutinitas  sehari-hari tak terkecuali saya tentunya, sehabis sholat subuh lantunan ayat suci senantiasa keluar dari mulutku.
terdengar Mba Uchy dan Mba Indri melakukan hal yang sama.
“setelah merasa cukup kutetapkan untuk segera mandi dan melanjutkan aktifitas lainnya”



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/20/38280/menapaki-langkah-meraih-mimpi/#ixzz2cZQi0mUI
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Berita untuk Langit


Artikel Lepas | Oleh: Nur insani As Shabir - 20/08/13 | 21:39 | 13 Shawwal 1434 H



dakwatuna.com - Entah kenapa, akhir-akhir ini aku sering menatap kosong. Menatap wajah-wajah yang tak menjelaskan apa-apa, menatap kerlip lampu dan gedung-gedung yang kokoh berjuntai di pinggiran jalan. Menatap realitas yang berjejal-jejal dan tumpang tindih. Semuanya tak memberikan jawab yang punya tanda. Semuanya fana tanpa arti. Kosong yang melompong.

Aku merindukan sesuatu yang tak jelas dan tak punya bahasa, sesuatu yang hilang pada suatu ketika di masa lampau yang tak menyejarah. Dia tiba-tiba berkelabat pada simpang khayal sajak-sajakku, yang juga tak memberi makna juga petanda. Semua berada pada ambang batas yang tak punya batas.

Aku hanya tersenyum -  sebuah senyum terbaik – kepada teman asrama yang berbincang tentang masa depan, sebuah garis yang tak silap. Sebuah sorot yang sedikit janggal dan aneh, tapi aku tetap membungkusnya dengan paras tenang yang memberi sejuk. Sesejuk lapang hatiku pagi itu. Yang juga merona karena kerinduan.

Aku juga sempat menikmati berjalan di atas jalan-jalan asrama yang tak jua reda merekam jejak jengah para mahasiswa SGI. Terasa berat aku angkat patahan jejak itu. Namun ada makna di antara ritme yang aku ayung di antara simpang dengus angin. Sebuah jejak ritme yang mungkin tak semua manusia peduli untuk merasainya. Waktu begitu lambat untuk kita cercai dengan ribuan pongah yang tak punya arti. Toh manusia kini kering akan makna yang tenggelam akan modernitas. Makna itu tenggelam pada arus dan gelombang yang tak punya reda.

Pernah juga, suatu ketika, ayah dan ibuku datang pada hamparan padang tandus yang tak jelas, dia hanya tersenyum menatapku tanpa menjelaskan rindu yang mungkin dia simpan pada sakunya. Dan mimpi itu datang beberapa waktu pada suatu ketika. Dan aku tiba-tiba sangat rindu pada senyuman yang indah itu. Aku rindu memeluknya dan menggenggam tangannya.

Dan rindu sekali waktu memberangus hidup pada tanah lempung realitas. Membuat manusia berhadap-hadapan pada takdir yang tak punya akrab. Tak punya akur. Selalu memberi kabar yang kabur tak jelas, namun pasti. Dan rindu itu  sekali-kali membuat manusia gila.

Perjalanan yang panjang untuk merintis sebuah keinginan menuju keberhasilan yang sederhana. Selalu bertahan untuk mempertahankan keadaan yang sudah tertata dengan rapi dalam setiap langkah yang terayun. Mataku menangis bukan karena terluka tapi karena kerinduan yang tak bisa tertahankan. Perjalanan yang indah hanya bisa terkenang bersama pikiran dalam jiwa Jemari-jemari merambah mengukir kata bermakna dengan hiasan tinta hitam yang membekas Langkah kakipun melangkah dengan irama sendu mencari pengobat rindu yang berlalu bersama belenggu. Melayang selalu beban rindu untuk menelusuri jejak rindu yang pernah bermain bersama perasaan keindahan Segala bentuk sayap-sayap telah tercoba untuk berusaha terbang menjemput mimpi yang indah dalam pikiran orang lain bukan mimpi indah yang tertanam dalam hati nurani. Sembari terbang bersama sayap-sayap kecil mencoba menebarkan rasa rindu di setiap sudut semesta untuk memberi pengobat rasa yang sangat sulit untuk dihentikan. Waktu terus berlalu, hari terus berlari bersama rindu sendu mengejar perasaan dalam jiwa yang tertekan gulita yang tak bernyawa. Hanya satu yang teringinkan…selamatkan hati ini dari kerapuhan yang mulai merasuki kepenatan. Karena jalan pikirku telah terkontaminasi dengan segala beban yang dijalani. 

Bukan hanya satu tapi beribu-ribu cobaan
Untuk yang nun jauh di sana, yang berada di seberang sana, meski kita terpisahkan lautan yang terbentang luas aku bersimpuh berucap doa yang aku tengadahkan. Berharap diri menjadi hilang pada telaga hidup yang semrawut tak karuan. Moga senantiasa Allah mencurahkan nikmat kesehatan dan kebaikan kepada kalian, Allah akan mempertemukan kita kembali dalam waktu yang jauh lebih indah lagi. Meski saat ini raga tak menikmati kebersamaan itu namun yakinlah batin ini selalu tercurahkan untuk kalian orang tuaku, serta keluarga yang menjadi pelita di saat hati tengah gundah dilanda kegersangan, tak ayal banyak janji yang ingin aku persembahkan untuk kalian namun segenap hati telah mengiringkan sejuta harap agar kelak aku bisa menjadi seperti yang kalian inginkan, membuat kalian tersenyum bangga dengan setiap tuturku, perilaku juga tingkahku. Ayah dan ibuku apakah kalian merasakan rindu yang sama?

Ayah dan ibuku…
Betapa banyak kau nyanyikan lagu merdu
saat kujelang tidur jemput mimpi dari harapmu
kau katakan ingat nak hidup matiku hanya untukmu
tersentak kutersadar dari lamunanku akan semua itu

Ayah dan ibuku…
Maafkan anakmu tak patuh turuti maumu
karena ku tak juga bisa wujudkan impianmu
menangis hatiku mengingat semua jasa-jasamu
bahwa hanya kau yang paling mengerti kebaikanku

Ayah dan ibuku…
Baru kusadari akan semua waktu yang berlalu
tak pernah kau menuntut balasan akan ikhlasmu

kutahu di hatimu hanya ingin melihat kebahagiaanku
semoga aku bisa melanjutkan semua cita-cita luhurmu

Ayah dan ibuku, kelak akan aku buktikan pilihanku hari ini adalah jalan yang akan membuat kalian tersenyum lepas bangga penuh makna kepada anakmu ini, bukankah setiap kebaikan itu telah kalian ajarkan kepadaku sedari dulu? Ayah dan ibuku aku bangga bisa memanggil kalian ayah dan ibu.




Selasa, 23 Juli 2013

Mudik Yuuk !!


Doodle (coret coret) lagi!

Ceritanya lagi mudik kemaren. Sebagai pemudik yang normal (mudiknya malah ke Lampung Timur), mestinya perjalanan kami lancar-lancar saja, mengingat jalur yang tidak biasa. Berangkat dini hari , perjalanan santai.

Tapi ternyata yang terjadi agak di luar dugaan. Dini hari berikutnya, mobil kami tertahan di TB, sekitar 20 kilometer dari Kota Bandar Lampung. seharian penuh kami disana, macet tak tertahankan. Masih mending kalo padat merayap, lha ini bener-bener mandeg -___-

Breaking the boredom, Saya minta tolong adek buat ngambil ransel di belakang, trus ngambil sketchbook plus tempat pensil yang isinya alat ATK (Yeah, ATK. gunting, cutter, kuas bahkan lem dan staples pun ada. Sampe dibilang kantong doraemon saya temen-temen :P ) Coret-coret sekitar setengah jam, inking, dan Voila :D



Oke. fine. ini berantakan. mohon maklum ya, nggambarnya di mobil dengan posisi ruang sempit :D

Formasi dari depan, kiri ke kanan :
Depan : Abi & Ummi
Tengah : Ka Dewi anak Pertama , (Gak tahan AC, jadi agak mabok), trus Rahmat, adek nomer 5.. Paling kanan Syafrudin, adek nomor 3.
Belakang : Rani, aku sendiri, Tampak galau. hhe.. trus Nurul (bontot, adek nomer 6), makan potato chips. Gak kuat, jadi buka. Paling kanan, Juni (adek nomer 4) Tidur dengan bantal kesayangan.


Well, hope ya like it :)

Sumber: 554generation.blogspot.com ( Design Bang Zia)

Sabtu, 20 Juli 2013

Antara Kagum dan Suka, Terselip Rasa *C.I.N.T.A*(2)


Episode Dua
Pelangi Ukhuwah
13288150171657437232
Persahabatan itu seperti warna pelangi,.
Setiap warna memiliki keistimewaannya masing-masing,.
Saling mengisi dan memberikan keindahannya tersendiri,.
Begitulah persahabatan,.
***
Waktu mengalir bagaikan sungai, berbisisk sambil mengalir. Diantara celah bebetauan, beriak mendendangkan nyanyian alam. Terus mengalir menghayutkan segala sesuatu yang ada didepannya. Diantara keheningan biru, diantara nyiur lembaian dedaun pepohonan hijau. Diantara  senandung kicau burung di celah ranting-ranting yang berbisik diterpa lembut pelukan angin sepoi, kabut tebal yang mulai menyapa dan semua yang menemani riak demi riak gemuruhnya.
Detik terus bergeming hingga berubah menjadi menit. Menit terus beranjak hingga sampai pada jam. Jam terus berputar hingga berganti hari. Hari terus berlari hingga sampai pada minggu. Minggu terus berlalu dan sampai pada bulan. Dan bulan terus berjalan hingga sampai pada tahun. Begitulah seterusnya, berputar dan terus berputar. Berganti tiada henti. Sampai pada suatu hari dimana waktu akan berhenti dan semua yang telah berlalu dari waktu akan diperlihatkan.
Ya, sekarang aku di sini. Seperti hari-hari yang telah berlalu. Sendiri di batas pesona senja, menatap kemuning jingga senja yang mulai merona dan menjadi saksi saat matahari mulai beranjak pergi. Tidak ada yang spesial di pesona jingga saat ini, hanya saja ada yang berbeda. Senja sore ini, ada rintik hujan yang menemani, meskipun hanya sesaat, tapi ketika rintik itu hilang warna-warni yang melengkung indah mulai menghias keheningan jingga. Mereka sebut itu The Rainbow. Yupzz, Pelangi. Sebuah lukisan Agung Rabb Semesta yang luar biasa. Sekilas namun memberi arti keindahan.
Hemm,. Mengamati pelangi memang asik. Makanya kenapa banyak orang yang  sangat suka dengan pelangi. Ya, karena pelangi memamerkan keindahan dengan keanekaragaman warnanya. Tanpa memerlukan cat atau pewarna, tapi lukisan itu dengan sempurna menjadi warna di bentangan cakrawala. Subhanallah, Maha suci Engkau Ya Rahman.
By the way, kalau berbicara pelangi jadi inget dengan sahabat. Sahabat yang selalu memberi warna di bentangan kehidupan nyata. Menjadi inspirasi, motivasi, solusi dan  bukan polusi. Kehadiran seorang sahabat selalu memberi keindahan tersendiri. Ya, sahabat seperti udara, menyejukkan dan menentramkan jiwa. Seperti air jernih, menghilangkan risau dan galau di hati. seperti warna pelangi, setiap warna memiliki keistimewaannya masing-masing, saling mengisi dan memberikan keindahannya tersendiri. Meskipun kadang-kadang menjengkelkan. Hehe, jadi inget sahabatku yang sekarang sedang berlayar di luasnya samudera ilmu bumi kinanah. Ia memilih untuk belajar disana, sebuah Universitas Isalm tertua di dunia, Al-Azhar University Cairo-Egypt.
Hemm, jadi melayang kesana-sini. This time for browsing. Ya, saatnya terbang ke dunia maya. Untuk bertemu dengan mereka yang jauh di mata, hehe,.. atau membaca berita terhangat dan terbaru di dunia. Seperti biasa, pertama kali yang ku buka adalah jejaring sosial yang mereka sebut facebook. Tapi, sepertinya bukan hanya aku, aku pikir hampir kebanyakan orang ketika mereka berlayar di dunia maya, yang mereka buka terlebih dahulu adalah FB. Sekali lagi sobat, Facebook sudah menyihir kebanyakan orang dengan mantranya. Facebook sepertinya sudah menjadi candu. Ah, apapun itu, semoga penggunanya bisa memanfaatkan FB degan sebaiknya. Termasuk aku. Bukan untuk menipu, memeras, mencaci, menghina, atau apapun itu yang berbau ketidak indahan.
Ku ketik akun FB ku  misami@yahoo.com dan ku tulis faswordnya; **********. Dan terbukalah tampilan profil putih biruku. Ada lima pemberitahuan dan satu pesan. Ku buka isi pesan itu dan ternyata dari Emilia Rizki Muslimah. Seorang sahabat baru di belantara facebook, hehehe lebay.com.
“Assalamu’alaikum ka sam,. Apa kabarnya..?”
Begitu isi pesan darinya yang ku panggil Imah. Dan akupun segera menarikan  jemariku diatas papan keyboard untuk membalas pesan darinya.
“Wa’alaikum salam, Alhamdulillah sehat. Imah sendiri gimana kabarnya?”
Lalu ku klik send, dan terkirimlah.
Selang beberapa menit kemudian, ia pun kembali menjawab.
“Alhamdulillah baik ka. Oh iya ka, saya suka status dan catatannya ka sam. Motivasi,cerpen dan lainnya. Bagus sekali ka, inspiratif. (^_^),, kapan-kapan aku boleh share kan ka..?”
Sepertinya Imah sedang ol di hp. Makanya dia cepat menjawab balasanku.
“Makasih imah,.. ^_^ , ia boleh aja. Insya Allah. Semoga bisa berbagi pengalaman atau ilmu.”
Imah, memang seorang muslimah yang komunikatif. Menurut pengakuannya, ia adalah seorang gadis desa asli dari Sukabumi. Sekarang tinggal di Jakarta. Mahasiswi Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Katanya ia ingin menjadi seorang pengusaha muslimah yang sukses. Padahal menurutku ia cocok menjadi seorang guru. Selain komunikatif, ia juga ramah dan aktif. Cukup untuk modal menjadi seorang guru. Hehe, itu hanya asumsiku saja. aku tidak berhak mengatur mimpi orang, apalagi dia baru kenal denganku. Ya, memang baru seminggu aku kenal dengannya, tapi pertemanan ini mengalir begitu saja.
***
Selain FB, tetunya juga aku membuka beberpa situs berita, untuk menambah wawasan dan memperluas pengetahuan. Banyak hal yang bisa didapat di dunia maya. Bagaimana tidak, zaman sekarang segalanya serba mudah. Terlebih lagi dengan fasilitas internet yang mudah didapat. Apapun yang kita ingin tahu mudah dicari. Kita tinggal mengetikkan nama apa yang ingin tahu tentangnya dan biarkan mbah google yang mencari dan menemukannya.
Sedang asiknya membaca berita, tiba-tiba suara chat FBku berbunyi..
“Assalamu’alaikum..”
Dzikra Zahra El-hayah, ternyata dari seorang akhwat yang pekan lalu megirimkan permintaan pertemanan.
“Wa’alaikum salam,.”. Jawabku.
“Syukran sudah di konfirm, salam kenal”.  Ia pun kembali membalas.
“Sama-sama, salam kenal juga.” Tukasku.
Kemudian tanpa sengaja atau memang sengaja tangan ini mengklik namanya, dan tiba-tiba muncullah profil tentangnya.
Namanya Dzikra Zahra El-hayah, ia asli dari Bekasi. Seorang Mahasiswi di Universitas Negri Jakarta Jurusan Sastra Arab. Aktivis juga, dan seorang guru di sebuah Bimbingan Belajar al-quran dan Sunnah Laa Tansa di sebuh komplek elit Bekasi Barat. Hemm, satu lagi pelangi ukhuwah di langit dunia maya.
“Oh iya, saya Sami Ilmi el-Kautsar.. boleh dipanggil Sami.”
Kuperkenalkan diriku, seperti biasanya orang yang baru kenal dengan seseorang. Pasti yang pertama adalah dengan nama. Pepatahpun mengatakan, tak kenal makanya ta’aruf, hehehe.
“Saya Dzikra Zahra el-Hayah, panggil saja Ikra.” Jawabnya biasa.
“Ok ikra.. Oh iya, menurut info di profilnya anti sekarang kuliyah di UNJ ngambil jurusan sastra Arab ya, semester berapa..?” Akupun ingin sedikit tahu tentangnya.
“Iya, Alhamdulillah sekarang sudah semester empat.” Jawabnya datar.
“Ohh, bahasa Arabnya sudah mahir donk..?”. Tukasku.
“Ah, biasa saja. Belum mahir ko… Masih belajar. ^_^. Jawabnya.
“Kaifa idza natakallam bi lughoh ‘arabiyyah (Bagaimana kalau kita ngobrol pake Bahasa Arab)..?” Berusaha lebih mencairkan suasana.
“Anta tastathi’ takallum ‘arabiyyah aidhan (Kamu bisa Bahasa Arab juga)..? aina darasta (dimana belajarnya) ?” Suasana pun mulai mencair.
“Al-hamdulillah, wa lau bi Qolil, hehe.. darastu min shodiqii, huwa yadrus fi al-Qohirah, fi al-Azhar (Alhamdulillah, meskipun  sedikit., saya belajar dari teman, dia sekarang belajar di Universitas Al-Azhar).
Ya meskipun sedikit saja, bisalah bercakap-cakap dan menjawab dengan Bahasa Arab. Ini karena sering chatting sama sahabat yang sekarang sedang belajar di Negri Seribu Menara itu.
“Haqqan (sungguh)…? subhanallah, ma afrahu Qalbi biliqoik (saya senang bertemu denganmu).. wa ‘indi shohib li takallum bi hadizihi lughoh (dan saya punya teman ngobrol dengan bahasa ini).” Sepertinya saat ini dia senang sekali,. Hehehe.. ngarang saja.. lebay.com
“Na’am ukhti (iya ukhti), hehe. Wa ana aidhan (saya juga), tasyarroftu bi liqoik (senang bertemu denganmu). Syukran.” Jawabku, ntah benar ntah salah jawabanku.
“Iya, sama-sama sami. Saya juga senang bisa berkenalan dengan antum. Aktivitas antum sekarang apa?” Tanyanya.
Ah aktivitas saya mah biasa saja, jadi Pengacara alias pengangguran banyak acara, hehe”. Celotehku.
“Ah, antum ini suka merendah githu. Pasti antum ini seorang yang sibuk sekali ya?” Gumamnya.
“Ah ga juga,.. tapi,. ya begitulah, hanya ingin memanfaatkan waktu dengan sebaiknya saja. Ya kalau FB’an mah hanya refresing saja, hehe”. Jawabku lurus.
“Ok lah, yang jelas apapun itu, semoga kita selalu bisa memanfaatkan waktu yang kita miliki. Ikra juga FB’an paling seperlunya saja. Tidak terlalu begitu sering. FB bagi ikra hanya sebatas jejaring dunia maya biasa, tapi ikra ingin memanfaatkan FB ini untuk karya Ikra saja. Ya berharap ada manfaat yang bisa diambil oleh temen-temen Ikra, lebih luasnya untuk publik. ^_^ . Gumamnya dengan lugas.
“Yupzz, betul sekali Ikra. Setuju banget. Untaian kata adalah hal yang luar biasa jika dirangkai dengan sempurna dan memiliki makna. Bukan hanya sekedar mamasang status biasa dan basi, ataupun tidak ada nilainya sama sekali.” Jawabku yakin.
Iya, semoga saja kita terjaga dari perkataan yang sia-sia. Amin. ^_^.  Tukasnya.
“Amin ya Rabb… :).  Balasku.
“Baiklah sami, senang berkenalan dengan antum, saya pamit off dulu.  ila liqo fi furshoh ukhro. Wassalamu’alaikum..” .  Ia pun pamit untuk off.
“Ok ikra, sama-sama. Ma’a salamah, ila liqo.. wa’alaikum salam..”
***
Satu lagi warna pelangi ukhuwah di jingga maya. Seorang muslimah berjilbab rapi. Semoga saja hatinya pun seindah jilbabnya. Hemm, dunia maya… kadang ia mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Banyak sekali pertemanan yang abu-abu di dunia maya ini, tapi tidak sedikit pula pertemanan yang sebenarnya. Hanya saja tergantung orang yang menggunakannya. Jika saja jejaring ini digunakan untuk hal yang baik, tentunya akan jauh lebih bermanfaat ketimbang madharatnya. Tapi jika hanya digunakan untuk kesia-siaan maka alangkah sayangnya.
Tapi inilah realitanya sekarang, banyak sekali orang mensalahgunakan fasilitas internet ini. Yang hanya mengikuti hawa nafsunya lebih cenderung kearah yang negative. mereka membuat situs-situs yang tidak bermoral yang bisa merusak moralitas bangsa dan menghancurkan generasinya. Melecehkan dan menghina suatu agama, sehingga terjadi pergesekan diantara mereka, dan banyak lagi. Semoga saja aku tidak termasuk diantara mereka.
Senja sore ini pun, menyisakan kerinduan akan sahabat yang nun jauh disana. Seorang sahabat yang seperti pelangi. Ia mampu memberi keindahan di setiap liku kehidupan. Memberi warna untuk hari yang terjalani. Ia adalah inspirasi nyata untuk diri. Bahkan ia adalah motivator hebat saat diri berada di jurang kegalauan. Ia sempat menyampaikan sederetan kata SEMANGAT sebelum ia berangkat ke negrinya nabi Musa itu;
“Milikilah mimpi hebat dalam hidup. Tentukan tujuan yang ingin diraih. Karena hidup terlalu singkat untuk sebuah kesia-siaan”.

Ya, tunggu aku sobat. Suatu hari nanti aku akan ke sana. Menjemput mimpi yang sempat tertunda.
Hemm,, di batas pesona jingga senja hari ini juga, aku menemukan satu warna pelangi ukhuwah lagi. Seorang muslimah dari kota Bekasi sana. Semoga pelangi ukhuwah ini memberi warna di langit kehidupan. Dan semoga saja ukhuwah ini tidak seperti pelangi yang mudah memudar. Semoga ada banyak hal yang bermanfaat dari setiap pertemanan di belantara dunia yang maya ini. Ya meskipun ada diantara pertemanan yang sama sekali belum pernah aku ketahui. ‘ala kulli hal semoga Allah menjauhkan diri dari segala hawa nafsu yang membelunggu yang menggiring jiwa kedalam kenistaan.
To be Continue,..

Jumat, 19 Juli 2013

Karena Cinta, Ia Mundur Tanpa Berita


Rubrik: Cerpen | Oleh: Fajar Fatahillah - 29/12/11 | 10:30 | 04 Safar 1433 H
Ilustrasi (kawanimut)
dakwatuna.com - “Assalamu’alaikum. Akh, pekan depan bisa ngisi pengajian di majelis taklim mushalla Al-Ikhlas akh? Materinya tentang pentingnya akhlaq dalam pergaulan. Syukron”
“Ya. Insya Allah akh”.
Hampir tiap pekan akh Farid mendapatkan sms atau telepon seperti itu. Dari yang sekedar ngisi kultum sampai menjadi khatib Jum’at. Wajar saja, karena ia kuliah di salah satu kampus syariah ternama di kotanya. Namun tidak hanya itu, ia juga aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya.
“Akh Farid, pekan depan ada pengobatan gratis dan bazzar juga. Tempatnya di dekat rumah Antum. Bisa kan Antum kondisikan dan sekaligus publikasi buat acaranya.”
“Siap akh. Insya Allah. Berapa target pesertanya?”
“Kalau untuk pengobatan 100 orang Akh, kalau bazar mah satu kampung aja Ente ajak, biar laris dagangan kita.. Haha”
“Haha… Oke bro.. Siap laksanakan.. Kalau begitu Ana duluan. Langsung persiapkan strategi nih. Assalamu’alaikum”
“Waalaikumsalam”
Farid bergegas meninggalkan masjid, tubuhnya yang tegap meski sedikit kurus melangkah dengan cepat menuju sepeda motor yang diparkir di halaman. Itu memang sifatnya. Selalu bersegera dalam menyambut amal dakwah.
Ini data ibu-ibu RW 4, ini RW  tetangga, em.. gimana kalau RW tetangga diajak juga biar tambah rame. . Pikir Farid.
Kamar kosnya yang berukuran 3×3 meter itu dipenuhi dengan berkas dan data warga yang sering ikut dalam kegiatan sosial.
Ada juga data peserta majelis taklim rutin di mushalla. Kamar itu seakan menjadi kantor besar yang penuh dengan gagasan dan rencana masa depan. Malam itu, saat teman-teman yang lain sudah pulang dari “lingkaran malam”, Farid berbincang dengan murabbinya.
Semilir angin dingin yang menusuk menemani perbincangan malam itu.
“Afwan, Ustadz, sebenarnya, ada yang ingin Ana sampaikan sama ustadz.”
“Iya, akh, Tafadhal, Ana siap mendengarkan.”
“Sebenarnya sejak beberapa bulan yang lalu, pikiran Ana sedikit terganggu ustadz.
ini mungkin yang menyebabkan kerja-kerja dakwah ini sedikit berkurang.”
“Memangnya, apa yang Antum pikirkan?”
“Dalam setiap agenda-agenda dakwah, Ana selalu bertemu dan bekerja dalam bidang yang sama dengan seorang akhwat. Awalnya sih biasa aja, Ana tetap menjaga hijab dan pergaulan. beliau pun juga demikian sangat menjaga hijab dan pandangannya. Namun lama-lama, entah kenapa, ane selalu menanti-nanti agenda-agenda sosial datang, selalu menanti saat rapat tiba, bahkan kalau belum ada, Ana sendiri yang inisiatif mengadakan agenda. Dan sekarang, pikiran ane jadi aneh ustadz, sering melamun, semangat yang naik turun, dan yang lebih parah lagi, selalu saja ingin bertemu dengan akhwat itu.”
“Antum sedang jatuh cinta akhi..”
“Jatuh cinta?? Apa iyah ini yang namanya cinta ustadz?? Ane hanya kagum aja sama beliau.”
“Iyah, itu cinta, cinta bisa timbul karena rasa kagum. Kalau memang Antum sudah siap, dan berani, Ana bisa bantu akhi”.
“Maksudnya Ustadz??”
“Iya, Ana bantu ta’aruf dengan akhwat itu, daripada Antum galau kayak gini, lebih baik dihalalkan saja”, papar ustadz dengan tegas.
“Aduh, Ana gak berani ustadz, Ana belum siap sepertinya, tabungan Ana aja masih sedikit, Ana masih kuliah sambil ngajar les dan bimbel. Ana masih harus nabung dan siapin mental dulu nih ustadz.”
“Ya sudah, kalau belum siap. nanti kalau udah, Antum bisa hubungi Ana ya”
“Iya Ustadz, insya Allah. Syukron ustadz. Sudah malam. Ana pamit dulu. Assalamu’alaikum.”
“Iyah. Afwan, alaykumsalam”
Farid menjadi lebih bersemangat, setelah curhat pada malam itu, ia semakin bersemangat dalam aktivitasnya, ia mulai menabung dan mempersiapkan ilmu rumah tangga. Setelah beberapa bulan, akhirnya Farid bertemu dengan ustadznya, persis sama dengan malam ketika ia mencurahkan hatinya kepada sang Ustadz. Setelah teman-temannya pulang dalam lingkaran ukhuwah itu, ia mengutarakan maksudnya.
“Ustadz, afwan, Ana insya Allah sekarang sudah siap, tabungan Ana juga sudah cukup sepertinya. Gimana nih ustadz, kapan kira-kira Ana bisa ta’aruf dengan akhwat itu?”
Sang Ustadz kemudian meminum teh hangat di depannya, sambil mengambil nafas dalam-dalam, ia kemudian bercerita,
“Afwan akhi, sepertinya, Ana gak bisa membantu Antum untuk ta’aruf dengan akhwat itu”.
“Loh, memang kenapa Ustadz? Bukannya waktu itu Antum mau membantu Ana ta’aruf dengannya?”
“Iyah Akhi, masalahnya, akhwatnya sudah dikhitbah oleh lelaki lain. Afwan, kabar ini baru Ana dapatkan minggu lalu, dan baru Ana kabarkan ke Antum malam ini.”
Hening… sunyi… malam itu, Farid terdiam, perasaannya tak menentu, kadang ada rasa menyesal, kadang marah, kadang sabar dan pasrah, segalanya membaur dalam hati dan pikirannya.
Malam itu, ia pulang dengan tertunduk. Badannya yang tegap tiap kali melangkah, sekarang terlihat bungkuk dan lemah.
Ia marah, terhadap dirinya, terhadap kehendakNya yang tidak sesuai dengan harapannya. Malam itu, seakan semuanya gelap, ia sudah tidak bisa melihat dengan jernih, emosinya, amarahnya, rasa kesalnya, telah menutupi hati dan pikirannya.
“Sudah kumpul semua nih, afwan, Ana agak terlambat, tadi anak Ana agak sedikit panas, alhamdulillah, sekarang sudah tidur”
“Afwan, ustadz, akh Farid belum datang, sudah Ana sms dan telepon, tapi tidak ada jawaban.”
“Oh gitu, sudah coba cek ke rumahnya?”
“Belum ustadz”
“Thayyib, gak apa-apa, mungkin beliau telat dan ada urusan, kita mulai aja. MC-nya siapa malam ini?”
“MC-nya akh Irsad, khatirul imaniyah akh Rijal, konsumsi biasa, tuan rumah, hehe”
Setelah hampir satu bulan, akh Farid tidak pernah datang dalam halaqah pekanan, pun dalam agenda-agenda rabthul’am, dan dalam agenda-agenda dakwah. Teman-temannya sudah tidak bisa membujuknya, segala cara sudah dilakukan, namun, tetap tiada hasilnya.
akh Farid semakin sulit untuk diajak kembali. Cinta, telah membuatnya buta, dan mundur tanpa berita.
Perbaharui kembali niat kita dalam dakwah ini,
walaupun cinta kadang datang karena kekaguman,
walaupun cinta kadang menjadi semangat dalam berjuang,
namun, tetapkan cintamu, hanya pada yang Maha Mencintai
Cinta yang mengantarkan kita ke Surga,
Bukan Cinta yang membuat kita mundur tanpa berita,
Bukan cinta karena hawa nafsu semata.
Afwan, kalau ada nama-nama yang mirip atau sama, itu hanya permisalan saja.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/29/17249/karena-cinta-ia-mundur-tanpa-berita/#ixzz2ZYdbsgzF
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Cinta Bertakbir di UIA


Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com - Allahu Akbar…Allahu Akbar…suara adzan berkumandang di seantero Kairo. Seiring dengan alarm hape ku yang berbunyi melantunkan nasyid Shoutul Harakah. Alhamdulillah Allah masih membangunkanku subuh ini. Karena memang biasanya musim panas sangat susah untuk bangun subuh. Bayangkan saja waktu masuk shalat fajar saja pukul 03:14 Waktu Cairo.
Aku segera menuju kamar mandi untuk berwudhu yang terletak persis di samping kamarku. Perlahan rasa kantukku mulai hilang. Lalu kubangunkan kawan-kawan yang masih terlelap tidur. “Rasyid…Rasyid…bangun! Udah subuh lho.” Rasyid adalah kawan sekamarku, ia berasal dari Kalimantan. Dulu kami satu pesawat waktu berangkat ke Kairo.
Sampai di masjid As Salam waktu iqamah tinggal sepuluh menit lagi, masih ada waktu untuk melaksanakan shalat sunnah fajar pikirku. Seperti biasanya setiap hari Jum’at pagi Syekh Musthafa sang Imam masjid selalu membaca surah As Sajadah. Bacaannya begitu merdu, mirip dengan suara Syekh Misyari Rasyid.
Usai shalat fajar aku bertemu dengan Ustadz Khalid. Setiap kali berjumpa dengannya, ia selalu tersenyum sambil menanyakan kabarku, “Sihat keh?” “Alhamdulillah Ana sehat ustadz, ustadz macam mane?” “Alhamdulillah sihat jawabnya” Ia menyapaku dengan logat melayunya. Ustadz Khalid adalah salah satu mahasiswa S2 di Al Azhar. Ia berasal dari Thailand. Tepatnya di Pattani Thailand Selatan. Mereka juga etnis melayu yang kebanyakan penduduk di sana beragama Islam. Salah satu kebiasaan Ustadz Khalid yang membuatku kagum adalah setiap kali usai melaksanakan shalat jamaah, ia selalu duduk di pojok masjid sambil membaca Al Qur’an.  Bahkan terkadang ia juga membawa buku-buku diktat kuliahnya.
Pagi itu merupakan hari terakhir aku di Kairo. Sebab aku sudah menyelesaikan program S1 di Al Azhar di Fakultas Ushuluddin jurusan Hadits. Emak dan Bapak di rumah sudah berpesan padaku jika semua urusan di Kairo sudah selesai untuk segera pulang. Karena memang selama menuntut empat tahun di Kairo aku tak pernah pulang ke tanah air.
Semua barang-barang sudah aku rapikan sejak tadi malam. Semua barang bawaan lumayan banyak ditambah lagi dengan titipan kawan-kawan satu tas penuh. “Ya Robb, semoga aja lolos dalam menimbang barang di bandara nanti, batinku”.  Tepat pukul 09:00 pagi kawan-kawanku sudah mulai berdatangan ke rumah untuk mengantar kepulanganku. Tak hanya kawan-kawan dari Indonesia yang datang. Kawan-kawan dari Malaysia dan Thailand yang flatnya tidak jauh dari flatku juga datang.
“Ustadz Faski…masya Allah, bile kite jumpe lagi?” Tanya Akh Morshid yang berasal dari Malaysia. “Insya Allah kite jumpe di KL nanti Akh, sebab Ana nak cari akhwat Malaysia, hehe” ku jawab sambil bercanda. “Iye keh…!” Boleh…boleh…
Sebenarnya aku merasakan sedih luar biasa meninggalkan Kairo. Kampung keduaku. Di sinilah aku menemukan teman-teman luar biasa dari berbagai nusantara dan berbagai belahan dunia. Tapi apalah daya, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Semuanya tak ada yang kekal. Kita semua akan kembali kepada-Nya.
Tapi ada sesuatu yang membuatku masih galau di saat-saat keberangkatanku. Sebenarnya sudah lama aku memendam rasa kepada seorang akhwat. Tapi aku tidak tahu bagaimana harus menyampaikan isi hatiku kepadanya. Jangankan untuk menyampaikan isi hatiku padanya. Aku saja tidak kenal padanya. Apalagi dia, entah kenal entah tidak padaku, seorang mahasiswa biasa yang tak punya prestasi apa-apa.
Yang aku tahu kalau dia adalah seorang mahasiswi yang berasal dari Aceh. Dan sekarang masih tingkat tiga di Fakultas Syari’ah Universitas Al Azhar. Sebenarnya pertama kali aku melihatnya adalah ketika ada acara PPMI, kebetulan waktu itu aku menjadi moderator acara. Tanpa sengaja aku melihatnya duduk manis di bagian depan barisan akhwat. Hatiku langsung bergetar ketika melihatnya.
Awalnya biasa saja, tapi lama-kelamaan rasa hati ini sulit ditahan juga. Ia begitu anggun dengan kerudung biru mudanya. Wajahnya selalu bermain di pikiranku. Sering kali aku berusaha mengusir khayalan itu dengan banyak beristighfar, tapi tetap saja ia selalu hadir.
***
Dua tahun sudah berlalu, aku pun melanjutkan S2 di University Islam Antarabangsa di Kuala Lumpur. Tanpa terasa umurku sudah menginjak 25 tahun. Ini sudah saatnya aku berkeluarga pikirku. Apalagi kondisi Kuala Lumpur yang bisa menggoyahkan imanku. Aku harus segera menikah. Tekadku sudah bulat. Aku langsung menelpon Emak dan Bapak di kampung dan menyampaikan keinginanku.
Alhamdulillah Emak dan Bapak merestui diriku untuk menikah. Tapi sampai saat ini aku belum punya calon. Aku teringat dengan Ustadz Umar guru ngajiku. Kusampaikan niatku pada Ustadz Umar. “Akh Faski…kriteria seperti apa yang Antum inginkan dari istri Antum? Tanya Ustadz Umar”. ”Bagi Ana ustadz, yang paling penting ia komitmen dengan agamanya dan menyejukkan hati jika dipandang.” Oke nanti akan saya carikan akhwat yang sesuai dengan kriteria Antum.
Dua minggu kemudian aku bertemu kembali Ustadz Umar di masjid kampus. Karena Ustadz Umar saat ini mengambil program doktoral di University Islam Antarabangsa. “Akh Faski, Alhamdulillah sudah ada akhwat yang siap, ini biodatanya sambil menyerahkan sebuah amplop yang berisi biodata dan selembar foto si akhwat.
Malamnya aku mengadu kepada Allah sambil shalat Istikharah, aku memohon kepada Allah agar diberikan istri yang terbaik yang bisa diajak untuk berjuang di jalan dakwah. Usai shalat kubuka isi amplop tersebut perlahan-lahan sambil beristighfar. Detak jantungku makin tak karuan penasaran siapa sang bidadari yang siap berlayar di bahtera denganku.
Subhanallah…aku terkejut bukan main. Setelah melihat foto akhwat tersebut. Ternyata ia adalah akhwat Aceh yang pernah singgah di hatiku. Butir-butir kristal tak terasa menetes dari air mataku tanda sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Aku merasakan bahwa Allah telah memberikan surprise yang begitu dahsyat untukku.
Namanya Fatiah Sholihah, ternyata setelah lulus dari Al Azhar Fatiah juga melanjutkan di Malaysia. Namun ia kini mengambil jurusan Ekonomi Syari’ah di University Islam Antarabangsa. Tak henti-hentinya lisanku mengucap syukur kepada Allah yang memberikan seorang bidadari cantik dari tanah rencong.
Kini tibalah saatnya masa ta’aruf dan nazhar. Ustadz Umar sudah menjanjikan padaku untuk datang ke rumahnya ba’da Ashar hari ini. Bismillah kulangkahkan kakiku menuju terminal Gombak yang tak jauh dari kampusku. Tepat pukul 16:30 aku sampai di rumah Ustadz Umar. Aku disambut dengan hangat oleh Ustadz Umar dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Satu namanya Muadz dan satu lagi namanya Muawwidz.
Setelah ngobrol asyik dengan Ustadz Umar, tiba-tiba bel pintu ustadz Umar berbunyi. “Tuh, sudah datang ukhti Fatiah-nya”. Fatiah datang bersama istri Ustadz Umar, ia tampak begitu mempesona dengan gamis serta kerudung biru mudanya. Persis seperti pertama kali aku melihatnya di Wisma Nusantara ketika acara PPMI.
Fatiah terkejut ketika pertama melihatku bersama Ustadz Umar. “Kak Faski…!” Tak kusangka ia mengenal namaku. “Fatiah yah? Tanyaku”. “Kok Fatiah kenal nama kakak?”.” Ya Iyalah, kak Faski kan suka nulis di buletin masisir.” “Makanya Fatiah kenal nama kakak.”. “Oh, ternyata kalian berdua sudah pernah ketemu sebelumnya yha di Kairo tanya Ustadz Umar”. “Kebetulan ketemu di acara PPMI Stad…jawabku.”
Akhirnya aku sepakat mengkhitbah Fatiah Sholihat untuk menjadi teman sejati dalam berjuang di jalan dakwah. Aku dan Fatiah sudah komitmen untuk tetap melanjutkan studi di University Islam Antarabangsa. Akhirnya aku berangkat ke Banda Aceh untuk menemui orang tua Fatiah. Sebulan kemudian akhirnya aku menikah dengan Fatiah Sholihah di Banda Aceh.
Walhamdulillah wa syukurillah…

* UIA: Universiti Islam Antarabangsa atau International Islamic University of Malaysia
** Masisir: Mahasiswa Indonesia di Mesir
Terinspirasi saat mengantar kepulangan sahabat di Cairo International Airport

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/08/10/22251/cinta-bertakbir-di-uia/#ixzz2ZY2O4hib
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook