Selasa, 20 Agustus 2013

Menapaki Langkah, Meraih Mimpi

Cerpen | Oleh: Nur insani As Shabir - 20/08/13 | 11:30 | 13 Shawwal 1434 H


dakwatuna.com - Pagi yang indah dengan sinar matahari yang semakin cerah, hiruk pikuk mahasiswa SGI mulai melakukan aktifitasnya, di sebuah ruang sederhana di kamarku kupanjatkan doa kepada sang pengasih seluruh makhluk.
“Robb jika ini yang terbaik untukku maka sabarkanlah aku dalam manghadapai cobaan-Mu ini ya Robb” serasa lembut kurasakan aliran kasih sayang yang di turunkan Tuhan kepadaku,kurasakan kerinduan yang amat sangat kepada pemilik hari ini,tak tarasa beningan-beningan hangat segera saja membasahi pelupuk mataku,”Robb,Ampuni aku ya Robb”jeritku,
Kuselesaikan doa-doaku dan kudapati buku yang sangat kecil,segera saja saya  membuka lantas membaca buku tersebut,sebuah buku bertuliskan Al-ma’surat ,untuk menuntunku dalam membaca dzikir pagi dan sore hari,
“assalamu’alaikum” suara Mba Uchy yang baru saja masuk kedalam kamarku memecahkan konsentrasiku.
“wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarakatuh” jawabku dengan sedikit tersentak.
“abis duha?” tanyanya dengan senyum sumringah
“iya” jawabku dengan simple.
“abis dzikir ketemu didepan ya” ucapnya sambil pergi meninggalkan tempatnya .
“iya..iya…nanti aku menyusul Mba” yakinku pada mba Uchy,
Kembali kulanjutkan lantunan-lantunan dzikirku, bayangan-bayangan aneh yang sedari tadi menghantuiku seketika hilang lebur dalam dzikirku kepada sang khalik.
***
            Ruangan yang sangat kecil yang ada di vaviliun asrama kami memang sangat sederhana namun ada banyak cerita yang mengalir di sana,dari cerita lucu ,sampai dengan cerita yang sedih.
ketika sore hari,mahasiswa sgi yang biasa baru pulang dari kampus melepaskan lelah diruangan ini sambil bercengkrama dengan mahasiswa yang lain,
“duduk  sini!” ajak Mba Uchy padaku
“syukron” jawabku dengan senyum.
Kupandangi wajah Mba Uchy yang sedari tadi menatapku tajam.
“ada apa Mba?” tanyaku memulai percakapan
Dengan nada yang sangat santun Mba Uchy menjawab pertanyaanku,
”Gimana keadaanmu? Sudah baikan atau lagi homesick yah?”
Alhamdulillah Mba aku sudah agak baikan, Namun terkadang masih sering mual pula. Mungkin entar siang aku akan ke RST untuk checkup, Mba mau temani aku kan?Tanyaku lagi.
“Iya entar aku temani kamu kok, yah udah mau istirahat dulu atau dah mau masuk kuliah hari ini?” Sambung Mba Uchy.
”Aku masuk ko”. Jawabku
Kami pun bersegera untuk bersiap-siap menuju kampus SGI.
***
Siang itu Kami berdua melangkahkan kaki untuk menuju ke RST yang berada tepat diseberang jalan depan asrama kami, siang itu saya bermaksud melakukan checkup karena sudah beberapa hari ini kesehatanku sedang terganggu. Mual juga muntah. Setelah akhirnya menunggu lama antrian ditemani Mba Uchy saya pun menuju ruang pemeriksaan, ternyata maagku kumat lagi. Setelah menebus resep dari dokter kami pun bergegas pulang kembali keasrama. Terlihat Mba Uchy sedang sibuk membuatkan bubur untukku.
Yah sudah kamu makan bubur ini saja yah, katanya sambil menyodorkan semangkuk bubur yang telah dibuatkannya untukku itu. Aku kekelas dulu, lanjutnya lagi.
Iya Mba, Terima kasih banyak yah.Maaf Sani sudah merepotkan. Jawabku.
Sudah, sudah kamu istirahat saja dulu, Mba kebawah yah, Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pamit Mba uchy.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Jawabku membalas salam Mba Uchy..
am hasibtum an tadkhulul jannah walamma ya’tikum matsalu lladzina min kolibum,massathumul ba’saau wa ddarrau wa zul zilu hatta ya kula rrasulu walladzina aamanu ma ahu mataa nasrullahi , alla nasraLlahi korib“ (apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga sedang belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka di timpa oleh mala petaka dan kesengsaraan, serta di goncangkan (dengan macam-macam cobaan) sehingga berkatalah rosul dan orang-orang beriman bersamanya,“bilakah datangnya pertolongan Allah? ingatlah,Sesungguhnya pertolongan Allah amat dekat,)
Alqur-an surah Al Baqarah ayat 214 menjadi ayat terakhir dalam bacaanku sore itu, ayat yang merupakan salah satu kekuatanku untuk menjalani hidup ini, dalam Ayat ini di nyatakan bahwa sesungghnya tidak Akan masuk surga jika belum diuji coba oleh Allah , jika terkadang saya lalai dan memeberontak mengapa saya harus di takdirkan hidup seperti ini,  ayat ini mengingatkanku kembali betapa  pertolongan Allah itu amatlah dekat,,
***
Di ruangan yang yang amat sederhana itu  seperti biasa, terlihat seorang Wanita yang masih terhanyut dalam lamunannya, hingga seakan dunia adalah bayang –bayang yang tak punya tujuan lebur dalam lamunanya tiap kali dia duduk di sofa Vaviliun sederhana itu, hingga aku menghampirinya. Namanya Mba Sari. Dia adalah satu-satunya penghuni asrama yang sangat betah berlama-lama duduk, bahkan sekedar berkontemplasi didepan laptopnya, yang entah apa yang sedang ia kerjakan.
***
Malam ini adalah malam yang sangat menyedihkan untuk kami karena beberapa orang dari vaviliun kami akan pindah kevaviliun sebelah yaitu Mba Farida, Mba Pur, Mba ELhy. Kamipun berencana untuk makan bersama dan saling bertukaran kado serta masing-masing menulis surat cinta,,malam pun berlalu saya mendapatkan hadiah dan surat cinta perpisahan itu dari Mba Farida..!!!
Bismillahirahmanirahim
Assalamu alaikum wr. Wb
Sahabat, untaian kata tidaklah penting. Diriku tidak pandai beretorika, diriku tidak bisa menyampaikan isi hati secara langsung tapi, aku ingin mengatakan perasaan cintaku pada kalian semua ( ukhibukifillah ya ukthi/aku amencintaimu karena Allah wahai saudaraku), aku rindu akan kebersamaan dengan kalian, kelucuan kalian, kebisingan kalian yang semua dari kalianyang tampil dengan sosok –sosok yang apa adanya tidak palsu, tidak dibuat-buat. Maafkan kesalahan diri ini yang pernah berbuat salah baik disadari maupun tidak disadari karena diri ini hanyalah manusia biasa seutuhnya penuh dengan perbuatan yang salah. Sedih rasanya harus berpisah dengan kalian tapi inilah takdir Allah yang mempertemukan dan memisahkan kita. Mungkin ada yang merasa ini lebay, sotoi, dan sejenisnya. Tapi jujur dari hati yang terdalam aku ingin mengungkapkannya.
To:
  1. 1.      Sunny: Teruslah berjuang menjadi muslimah teladan yang bisa menjadi panutan bagi yang lain, teruslah belajar dari siapapun. Do’akan dan selalu mendo’akan agar kita  selalu istiqomah. Amin
  2. 2.      Sari: Gue Suka gaya Loe. Teruslah begitu Sar dengan muka narsis dan sombong tapi hati tetap lembut yah.
  3. 3.      M’ Darni: Ayo M’ reformasimu sudah berjalan baik, lanjutkan agar lebih baik lagi yah, dan tetaplah optimis apapun yang terjadi jangan cepat putus asa.
  4. 4.      M’ Yusi: Tidurnya dikurangi ya M’ , Gak baik buat kesehatan loh .. dan Kita akan banyak tertinggal jauh jika pagi hari kita sia-siakan dengan tidur.
  5. 5.      M’ Pur: Tetap Cool dan sumringah yah. Kita adalah Saudara yang dapat dan harus saling mengingatkan.
  6. 6.      M’ Ely: Keceriaanmu setiap pagi yang menyuarakan semangat pagi membuatku semakin semangat.Yoo Tetap semangat dan saling mengingatkan.
  7. 7.      M’ Nova: Daya analis dan kritismu M’ membuat menambah ilmu yang belum pernah kudapat.

Ukhuwah itu seutuhnya tentang rindu
yang membuat selalu tak sabar untuk bertemu
Membuat terasa rugi jika tak tebagi
Adalah tentang hati- hati yang terikat,
Tentang do’a-do’a yang saling bertaut
Ia terasa rumit untuk diungkap,
namun nyata dalam kata sederhana
Ia begitu dalam untuk diselami,
Karena ia adalah iman yang berupa makna

I LOVE YOU ALL FRIEND
FARIDA
Memilukan dan menyayat hati ketika harus membaca surat itu, Beningan –beningan air mata mulai jatuh membasahi pipiku.
Hening sejenak hanya tangisan yang terdengar lirih, menandakan betapa kesedihan telah menggerogoti hati kami maing-masing, hingga dadanya terdengar sangat sesak.
***
Sayup-sayup kurasakan desiran  angin seakan meraba persendiaanku, tetesan air wudhu baru saja mengalir dari wajahku, ‘’Ya robb sungguh nikmat anugerah yang engkau berikan”,pikirku dalam hati,
Magrib itu sepulang kuliah , seperti biasa saya menyempatkan diri untuk sholat berjamaah dimesjid, mesjid yang tergolong sangat sederhana namun jam’ah yang lumayan padat menambah semangatku untuk senantiasa selalu sholat berjama’ah di tempat ini.
Kumandang iqomat terdengar dari dalam masjid, segera saja kulangkahkan kaki menuju kedalam mesjid, Shaf terakhir menjadi pilhanku, dan seorang Wanita paruh baya berada di samping kiriku sembari melempar senyum kepadaku ,
Selesai sholat seperti biasanya disertai dengan dzikir lantunan doa kupanjatkan pada sang Khalik , Wanita Paruh baya yang sedari tadi berada di dekatku memulai untuk sedikit berbincang denganku. Sekedar bertanya kabar dan keadaan teman-teman kami yang lain diasrama.
Ibu Mena terus saja menatapku hingga kuputuskan untuk pamit pulang terlebih dahulu., tidak ada yang special dari pertemuan dan perkenalan singkat saya dengan Ibu Mena, namun mambuatku sangat rindu dengan kedua orang tuaku di kampung, tatapannya yang khas seakan memberikan perasaan aneh dalam batinku,,
kembali kutapaki  jalan –jalan menuju asrama,
“Robb aku rindu kebersamaan itu ya Robb,,jeritku dalam hati seiring langkahku yang terus kupacu.
Tak terasa langkahku terhenti pada tempat yang tiap hari menjadi tempat kepulanganku, tentu saja asramaku yang damai dengan penghuni yang ramah.
Entah kenapa rasanya malam ini makanan seakan tidak bersahabat denganku, sejak siang  tadi pun belum ada makanan yang sempat masuk dalam perutku , rasanya ingin berbaring saja namun kusegerakan untuk mandi untuk menyegarkan pikiranku kembali.
Sedari tadi Bayang –bayang ayah dan ibu di kampung terus saja menyelimuti pikiranku,
Dalam baringku, wajah mereka terus saja manghantuiku, partanda betapa rindunya saya pada mereka ,
“Astagfirullah” jeritku dalam heningnya malam.
malam itu aku menghabiskan waktuku untuk bersimpuh di hadapan sang khalik agar perjalananku ditempat ini dapat di mudahkan , lantunan doa-doa haru kian mengiris hatiku ini.
”Ya Allah ya Tuhanku, Ya Rohman Ya Rohim ,berikanlah kasih sayang kepada kedua orang tua hamba “tangisku pecah perasaan lebur dalam doaku.
Sehabis sholat lail,Istirahat menjadi pilihanku, berharap esok Allah akan tetap memberikan kekuatan untuk bisa melaksanakan aktifitas seperti biasa.
***
Alhamdulillah betapa besar kenikmatan yang telah terkecap, maka laiknya kita untuk selalu menggumamkan syukur yang tak terhingga, sehingga semoga rasa syukur ini bisa menjadi aset bagi kita untuk terus meningkatkan kedekatan kita dengan Allah, Habiballah, Muhammad, dan islam, Amin
Tak sangguplah  seorang hamba seperti saya dapat mnghitung anugrah yang di limpahkan Allah kepada hambanya, salah satunya umur dan kesehatan , anugrah yang sangat wajib di syukuri, bukan hanya itu nikmat  persaudaraan yang saya dapatkan di asrama ini merupakan  salah satu anugrah terindah dalam hidupku, canda tawa ,haru dan segala rasa berbaur menjadi satu, dalam dekapan ukhuwah islamiyah, sebuah jalinan persaudaraan yang tumbuh karena iman yang kuat kepada Allah, boleh dikatakan, inilah bentuk hubungan sesama manusia yang paling hakiki. Satu hal yang paling penting ukhuwah tidak akan tumbuh jika belum ada khusnuzan dan berlapang dada kepada saudaranya. Senangtiasa berpikir positif akan menadi bekal minimal untuk mewujudkan sebuah ikatan hati. Oleh karena itu, khusnuzan adalah ikatan yang paling rendah yang mendasari ukhuwah islamiyah. Ditambah dengan kesabaran dan keyakinan kuat akan pertolongan Allah, pasti ukhuwah yang indah itu akan kita temukan. Maka jadilah orang yang sabar, karena Allah menyertai orang-orang yang sabar, dan yakinlah akan pertolongan Allah, karena hanya Allahlah yang bisa memberikan pertolongan itu kepada kita semua, maka yakinlah dengan persaudaraan yang akan terjalin, karena ukhuwah akan terukir di sana.
Yah ditempat inilah aku belajar mengeja alif-ba-ta, Meniti maksud setiap Wahyu-Nya, Kutata Alif-ba-ta Dalam indah taman hatiku, kusiram alif- ba-ta dengan cintaku, hanya satu harapan, Kau tetap mecintaiku Rabb.. (Biarkan aku jadi milik-Mu), Karena aku yakin Allah akan membimbing hambanya yang mengharapkan petunjuk dan cinta-Nya. Allah akan memberikan jalan untuk hambanya yang mau belajar mencintai-Nya.
***
            Seperti biasa subuh itu seisi asrama mulai menjalankan rutinitas  sehari-hari tak terkecuali saya tentunya, sehabis sholat subuh lantunan ayat suci senantiasa keluar dari mulutku.
terdengar Mba Uchy dan Mba Indri melakukan hal yang sama.
“setelah merasa cukup kutetapkan untuk segera mandi dan melanjutkan aktifitas lainnya”



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/20/38280/menapaki-langkah-meraih-mimpi/#ixzz2cZQi0mUI
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Berita untuk Langit


Artikel Lepas | Oleh: Nur insani As Shabir - 20/08/13 | 21:39 | 13 Shawwal 1434 H



dakwatuna.com - Entah kenapa, akhir-akhir ini aku sering menatap kosong. Menatap wajah-wajah yang tak menjelaskan apa-apa, menatap kerlip lampu dan gedung-gedung yang kokoh berjuntai di pinggiran jalan. Menatap realitas yang berjejal-jejal dan tumpang tindih. Semuanya tak memberikan jawab yang punya tanda. Semuanya fana tanpa arti. Kosong yang melompong.

Aku merindukan sesuatu yang tak jelas dan tak punya bahasa, sesuatu yang hilang pada suatu ketika di masa lampau yang tak menyejarah. Dia tiba-tiba berkelabat pada simpang khayal sajak-sajakku, yang juga tak memberi makna juga petanda. Semua berada pada ambang batas yang tak punya batas.

Aku hanya tersenyum -  sebuah senyum terbaik – kepada teman asrama yang berbincang tentang masa depan, sebuah garis yang tak silap. Sebuah sorot yang sedikit janggal dan aneh, tapi aku tetap membungkusnya dengan paras tenang yang memberi sejuk. Sesejuk lapang hatiku pagi itu. Yang juga merona karena kerinduan.

Aku juga sempat menikmati berjalan di atas jalan-jalan asrama yang tak jua reda merekam jejak jengah para mahasiswa SGI. Terasa berat aku angkat patahan jejak itu. Namun ada makna di antara ritme yang aku ayung di antara simpang dengus angin. Sebuah jejak ritme yang mungkin tak semua manusia peduli untuk merasainya. Waktu begitu lambat untuk kita cercai dengan ribuan pongah yang tak punya arti. Toh manusia kini kering akan makna yang tenggelam akan modernitas. Makna itu tenggelam pada arus dan gelombang yang tak punya reda.

Pernah juga, suatu ketika, ayah dan ibuku datang pada hamparan padang tandus yang tak jelas, dia hanya tersenyum menatapku tanpa menjelaskan rindu yang mungkin dia simpan pada sakunya. Dan mimpi itu datang beberapa waktu pada suatu ketika. Dan aku tiba-tiba sangat rindu pada senyuman yang indah itu. Aku rindu memeluknya dan menggenggam tangannya.

Dan rindu sekali waktu memberangus hidup pada tanah lempung realitas. Membuat manusia berhadap-hadapan pada takdir yang tak punya akrab. Tak punya akur. Selalu memberi kabar yang kabur tak jelas, namun pasti. Dan rindu itu  sekali-kali membuat manusia gila.

Perjalanan yang panjang untuk merintis sebuah keinginan menuju keberhasilan yang sederhana. Selalu bertahan untuk mempertahankan keadaan yang sudah tertata dengan rapi dalam setiap langkah yang terayun. Mataku menangis bukan karena terluka tapi karena kerinduan yang tak bisa tertahankan. Perjalanan yang indah hanya bisa terkenang bersama pikiran dalam jiwa Jemari-jemari merambah mengukir kata bermakna dengan hiasan tinta hitam yang membekas Langkah kakipun melangkah dengan irama sendu mencari pengobat rindu yang berlalu bersama belenggu. Melayang selalu beban rindu untuk menelusuri jejak rindu yang pernah bermain bersama perasaan keindahan Segala bentuk sayap-sayap telah tercoba untuk berusaha terbang menjemput mimpi yang indah dalam pikiran orang lain bukan mimpi indah yang tertanam dalam hati nurani. Sembari terbang bersama sayap-sayap kecil mencoba menebarkan rasa rindu di setiap sudut semesta untuk memberi pengobat rasa yang sangat sulit untuk dihentikan. Waktu terus berlalu, hari terus berlari bersama rindu sendu mengejar perasaan dalam jiwa yang tertekan gulita yang tak bernyawa. Hanya satu yang teringinkan…selamatkan hati ini dari kerapuhan yang mulai merasuki kepenatan. Karena jalan pikirku telah terkontaminasi dengan segala beban yang dijalani. 

Bukan hanya satu tapi beribu-ribu cobaan
Untuk yang nun jauh di sana, yang berada di seberang sana, meski kita terpisahkan lautan yang terbentang luas aku bersimpuh berucap doa yang aku tengadahkan. Berharap diri menjadi hilang pada telaga hidup yang semrawut tak karuan. Moga senantiasa Allah mencurahkan nikmat kesehatan dan kebaikan kepada kalian, Allah akan mempertemukan kita kembali dalam waktu yang jauh lebih indah lagi. Meski saat ini raga tak menikmati kebersamaan itu namun yakinlah batin ini selalu tercurahkan untuk kalian orang tuaku, serta keluarga yang menjadi pelita di saat hati tengah gundah dilanda kegersangan, tak ayal banyak janji yang ingin aku persembahkan untuk kalian namun segenap hati telah mengiringkan sejuta harap agar kelak aku bisa menjadi seperti yang kalian inginkan, membuat kalian tersenyum bangga dengan setiap tuturku, perilaku juga tingkahku. Ayah dan ibuku apakah kalian merasakan rindu yang sama?

Ayah dan ibuku…
Betapa banyak kau nyanyikan lagu merdu
saat kujelang tidur jemput mimpi dari harapmu
kau katakan ingat nak hidup matiku hanya untukmu
tersentak kutersadar dari lamunanku akan semua itu

Ayah dan ibuku…
Maafkan anakmu tak patuh turuti maumu
karena ku tak juga bisa wujudkan impianmu
menangis hatiku mengingat semua jasa-jasamu
bahwa hanya kau yang paling mengerti kebaikanku

Ayah dan ibuku…
Baru kusadari akan semua waktu yang berlalu
tak pernah kau menuntut balasan akan ikhlasmu

kutahu di hatimu hanya ingin melihat kebahagiaanku
semoga aku bisa melanjutkan semua cita-cita luhurmu

Ayah dan ibuku, kelak akan aku buktikan pilihanku hari ini adalah jalan yang akan membuat kalian tersenyum lepas bangga penuh makna kepada anakmu ini, bukankah setiap kebaikan itu telah kalian ajarkan kepadaku sedari dulu? Ayah dan ibuku aku bangga bisa memanggil kalian ayah dan ibu.